MONOLOG
BARU KONSEP .... PRIORITAS WALAU POSTING FINAL PALING BERAT (PERLU KETERJAGAAN & KEWASPADAAN SEMUANYA ..SEMOGA JIKA TIDAK CUKUP CERAH & MENCERAHKAN .... JANGAN SAMPAI SESAT & MENYESATKAN )
Jujur saja ..... Semula memang ada niatan kami yang tidak benar, bijak & bajik dalam kemurnian (kelihaian memanfaatkan mekanisme kaidah sistem kosmik demi kepentingan pribadi ?), namun karena bisa jadi akan menjadi bumerang bukan hanya diri sendiri namun juga lainnya ... Demi kecintaan kepada kebenaran direvisi saja, ah (mengabaikan apalagi membenci percuma, guys ... toh walaupun suka atau tidak kita tetap harus rela menerima keniscayaannya. Sikap apatis apalagi negatif malah justru memperburuk bukan hanya effek kosmik namun juga dampak karmik pengumbaran kepalsuan kita untuk semu, naif & liar akan realitas kebenaran sejati yang tersirat pada fenomena kenyataan yang tersurat dalam keberadaan, kesemestaan dan kesunyataan ini. So, bukan hanya sekedar karena keinginan lokuttara ataupun keengganan lokantarika (karena di mandala imanen manapun juga kapanpun juga sebagai figur apapun saja Cahaya TransendenNya tetap senantiasa melingkupi segalanya dalam Wujud, Kuasa & KasihNya yang Tulus Murni menanti semuanya kembali sejati ) Namun,sungkan / riskan juga jika terus menerus tidak setia mengkhianati kepercayaanNya walau sadar memang keberdayaan belum layak untuk menjadi sebagaimana harusnya. (Bukan karena daya intensitas cahayaNya sesungguhnya namun terutama dikarenakan kualitas indria laten deitasNya yang memang tetap akan signifikan berbeda pada setiap level dimensiNya ....Well, yang lebih baik akan berpotensi mendapat & semakin berkembang lebih baik ... tentu saja demikian adanya).
Curhat selesai , langsung to the point.
BLOG 17012021 OK/PLUS/TQ | 2021-01-17 22:52 | ||
2020-10-05 22:04 | 95205 | ||
2020-10-05 22:04 | 379636 | ||
2021-01-17 21:39 | 33042 | ||
2021-01-17 21:39 | 196619 | ||
2021-01-17 22:51 | 65255 | ||
2021-01-17 22:51 | 430203 |
jangan dibuka & dibaca dulu untuk alur bahasan kami nanti ... tidak selesai, masih kacau, belum revisi
(kami sendiri saja yang dulu bikin sketsa saja masih bingung untuk mencernanya kembali apalagi anda)
Hidden Documents (hide file) : Ini juga ada di atas sebetulnya.... rencana semula sih : just private for next figure, hehehe ...
Dengan adanya input baru , data lama masih harus direvisi lagi untuk sinkronisasi paradigma kelanjutan yang lebih benar, bajik & bijak .
(trial error ... typical seeker, guys). ... istilah judi petaruh, main selon ... puputan sekalian, habis-habisan ... tanpa sisa ?
sejujurnya ... malu & ragu tampil kacau apa adanya. Konsep tampaknya juga sama .... parah & payah.
Tinggal mengandalkan intelgensi sederhana katarsis instink & inferensi intelektual karena refleksi intuitif belum bisa apalagi realisasi insight .
Ini saja kita mulai .... tetapi nanti, ah (posting lalu belum rampung).
rehat aja ... atau di'draft' dulu .... satu-satu nggarapnya.
JUST INNER TALK (Skala Prioritas : Minggu, 07022021)
No ... ini saja diutamakan. Dari 7 Posting ini memang paling utama ....
posting 1 Prakata Agenda sudah selesai .... CAPEK KELAMAAN ...... DIANGGAP SELESAI SAJA
posting 2 Just Quote sudah selesai .... INI JUGA DIANGGAP SELESAI SAJA ..... LANJUT
posting 3 Gnosis for Seekers .... BELUM REVISI .... KRONOLOGI URUTAN POSTING KEBALIK DENGAN WAWASAN ESOTERIS
(hanya kompilasi Posting Gnosis Wisdom sebelumnya ... bisa ditunda)
posting 4 Wawasan Esoteris .... BELUM SELESAI .... REHAT DULU KRONOLOGI URUTAN POSTING KEBALIK DENGAN GNOSIS FOR SEEKERS
(hanya Referensi Posting Gnosis Wisdom sebelumnya ... bisa ditunda)
posting 5 Tataran Evolutif ..... BARU KONSEP .... POSTING FINAL PALING BERAT
(posting ini harusnya terakhir tetapi didahulukan saja .... To the point Deduktif saja daripada Induktif bertele-tele kebanyakan curhat pesan sponsor, hehehe )
posting 6 Archives for Download .... hanya tampungan informasi & file download IDM all link (Archive RAR)
posting 7 Links for Browsing .... hanya anjuran informasi & link redirect browsing untuk penjelajahan lanjut.
Stuck (macet ) lagi ?
Tuman/ kebiasaan ... picu & pacu pakai lagu lagi aja ... Kemaki, guys. (padahal nyanyi & mainin alat musik nggak bisa ...)
Apa, ya ? Ini aja ... kelihatannya pas.
Kutipan : 3 PRIBADI INSPIRATIF 2013ku
NB: Lagu Amazing Grace mengisahkan kesungguhan pertobatan seseorang untuk kembali ke Jalan Tuhan setelah ketersesatannya.
Walau singkat, Jeff menyanyikannya sangat impresif.
(Untuk menjaga universalitas posting kami ini.... lyric terjemahan lagu gospel himne Kristiani Amazing Grace - John Newton ini dipotong di akhir sedikit, ya ?)
Amazing Grace - John Newton
(Karunia yang Menakjubkan - John Newton)
VERSE 1
Amazing Grace, how sweet the sound,
Karunia menakjubkan, betapa indahnya suara itu terdengar
That saved a wretch like me....
Yang menyelamatkan orang celaka (malang/buruk) sepertiku
I once was lost but now am found,
Aku dahulu pernah tersesat (hilang arah) tetapi sekarang aku ditemukan kembali
I was blind, but now, I see.
Aku dulu buta tetapi sekarang aku (dapat) melihat
VERSE 2
T'was Grace that taught my heart to fear.
Ini adalah Karunia yang mengajarkan hatiku untuk takut
And Grace, my fears relieved.
dan Karunia (yang mana) ketakutanku menjadi terbebaskan
How precious did that Grace appear...
betapa berharganya Karunia itu tampaknya
the hour I first believed.
saat ini (jam ini?) seketika aku langsung (pertama kali) segera mempercayaiNya
Kutipan : Sekedar mengingatkan kesejatian diri & menghargai keberadaan saat ini kita semua ....
“We are not human beings having a spiritual experience. We are spiritual beings having a human experience.”― Pierre Teilhard de Chardin
literal : Kita bukan manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusia .
Pada hakekatnya kita adalah makhluk spiritual yang menjalani peran sbg manusia ketimbang sbg manusia yang menjalani tugas spiritual..Kita hanyalah ketiadaan yang diadakan dalam keberadaan untuk sekedar sederhana mengada tanpa perlu mengada-ada dihadapanNya...betapa indahnya kehidupan jika kita tiada ragu untuk mampu hadir dalam kesederhanaan yang murni, tulus apa adanya tanpa perlu membalutnya dengan kemasan kesempurnaan yang walaupun mungkin tampak indah dan megah namun semu dalam kesejatiannya.
Sebagai seorang manusia rasional positivist umumnya kita intelectually menggunakan filsafat untuk mengamati fenomena objektif di luar & psikologi untuk mengamati fenomena subjektif di dalam. Semula kami mengira hanya diperlukan 'parama dhamma' 4 (kearifan, keuletan, keahlian & kebaikan) untuk menghadapi kehidupan ini secara pragmatis namun akhirnya bersamaan dengan waktu & trial error kami menyadari kebijaksanaan perifer tepian permukaan itu ternyata tidak cukup ada kebijaksanaan mendalam lagi yang menjadi dasar untuk itu ... kesucian. Bukan karena pemurnian itu dimaksudkan sebagai faktor pengkondisi saja bagi keberkahan dan kesuksesan sejati namun tampaknya justru itu sentra dari keberadaan, kesunyataan dan kesedemikianan yang terniscayakan terjadi dan karenanya perlu peniscayaan untuk merealisasi.... terlepas apapun anggapan/pandangan diri kita semula (keharusan duniawi, kejatuhan surgawi, keterlupaan panentheistik, keterlelapan samsarik , dsb) Realisasi spiritualitas tampaknya memang perlu keautentikan (minimal dalam wawasan walau belum dalam tataran).
Dari : Wawasan Esoteris ( https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/arsip.html )
Berikut kajian kami terhadap 3 masalah krusial esoteris berdasarkan referensi Buddhisme & Mysticisme
1. Mandala Advaita = Desain Kosmik
2. Niyama Dhamma = Kaidah Kosmik
3. Kamma Vibhanga = Kaidah Ethika
Dari : Gnosis for Seeker (https://justshare2021.blogspot.com/2021/01/just-share_21.html)
Berikut alternatif Formula Swadika untuk Parama Dharma dalam Mandala Advaita. (katarsis analisa inferensi) sebagai sharing masukan bagi anda untuk membuat risalah panduan anda sendiri dengan tetap menerima, menghargai dan menjalani harmonisasi/aktualisasi/transendensi pedoman bersama yang ada dalam faktisitas atribut peran keberadaan eksistensial kita. 5 (lima) faktor bagi perjalanan hidup di semua dimensi keabadian (Realisasi kesadaran, kecakapan, kemapanan, kearhatan? & kewajaran sebagai transformasi ekuivalen paradigma semula kearifan, keahlian, keuletan, kebaikan dan kesucian . .
1. orientasi kesadaran 2. transendensi kearhatan 3. transformasi kecakapan 4. aktualisasi kemapanan 5. harmonisasi kewajaran | ||
Secara filosofis & psikologis sebagai kebijaksanaan Orientasi Universal dengan tanpa menafikan akan aktualisasi/ harmonisasi eksistensial dalam keberadaan personal,(walau kami bisa saja tidak benar,(malah salah atau disalahkan ?)- namun kami tetap konsisten dengan kaidah theosofi panentheistik daripada kesadaran kaidah pandangan theologi monistik pantheisme tersebut ataupun kewajaran theodice akidah risalah monotheistik umumnya sebagai sikap yang tepat agar tetap senantiasa true, humble & responsible baik dalam pengetahuan maupun penempuhan sebagai jalan tengah yang menyeluruh untuk tidak jatuh dalam identifikasi (imaginasi?) ataupun eksploitasi (manipulasi?) yang bisa jadi akan menggoyahkan keseimbangan dan mengacaukan keberimbangan dalam keseluruhannya. (cukup tanggap atau perlu bahasan lanjut berikutnya? .... ada transenden Hyang Mutlak > //baca: yang lebih besar/Maha agung atau tidak sekedar/ hanya sebatas // laten deitas immanenNya).... Aktualisasi meng-Esa tanpa keakuan bukan defisiensi meng-aku dengan ke-Esaan (B-love > D-love - A. Maslow ?)
PRAKATA
Maaf sebelumnya (terutama bagi reader non seeker yang cuma numpang/ sekedar sedang lewat) jangan salah tafsir apalagi memelintir forum hikmah ilmiah ini sebagai majlis ghibah fitnah ... walau paradigmanya semula memang amburadul sesungguhnya tidaklah provokatif. Well, walau mungkin agak gila-gilaan kami berusaha untuk tidak gila beneran, lho .. tetap terjaga, menjaga & berjaga untuk senantiasa sadar akan dampak karmik dari effek kosmik berikutnya. Walau memang bisa saja tergelincir atau ( semoga saja tidak) digelincirkan. hehehe.
Kutipan : belum cek asal comot
So, tetap realistis tidak opurtunis (karena walau samsara ini delusif namun tidak terlalu chaotik ... Niyama Dhamma yang Impersonal Transenden cukup kokoh menyangga permainan "abadi" nama rupa di samsara ini ... perlu keselarasan, keberimbangan dan kebijaksanaan untuk tidak perlu melakukan penyimpangan, pelanggaran bahkan penyesatan yang akan menjadi bumerang kelak ... kemurnian diutamakan tidak sekedar "kelihaian" ). … ingatlah tidak hanya ucapan yang diungkapkan dan tindakan yang dilakukan bahkan konten perasaan dan fikiran kita akan berdampak juga pada keberlanjutan diri kita nantinya apalagi jika harus ditambahi dengan beban tambahan karena penderitaan dan penyesatan atas lainnya… keburukan dan kebaikan walau tidak selalu instan ataupun identik potentially akan berbalik juga ke sumbernya siapapun kita (orang biasa atau tokoh terkemuka , tidak hanya manusia namun juga semuanya termasuk brahma, mara, dewata, asura apapun identifikasi yang kita anggapkan bagi diri sendiri atau pengakuan yang kita harapkan dari lainnya). ..... Kebodohan, kesalahan dan keburukan harus secara perwira perlu ditanggung secara mandiri (/bersama?) demi/bagi keadilan, keasihan dan kearifan mandala ke-Esa-an ini. (demi tanggung jawab tersebut jangan harapkan pengampunan kosmik, penghangusan karmik bahkan ... maaf .... "kemahiran (dengan kepalsuan/kelihaian/keculasan bukan kebenaran/kebijakan/kebajikan seharusnya) ? " internal yoniso manasikara / sati sampajjana demi kasih universal untuk tidak menyusahkan/ menyesatkan lainnya). Sedangkan kebijakan, kebenaran dan kebajikan tetaplah sucikan kembali transenden impersonal dalam anatta diri bukan hanya karena sekedar anicca namun juga untuk melampaui dukkha dalam keselarasan atas kesedemikianan yang wajar dalam peniscayaan .
kebenaran bersikap, kebijakan berpribadi dan kebajikan berprilaku tetaplah berguna (bahkan kalaupun saja semisal jika kehidupan ini ternyata hanyalah vitalitas kebebasan semu & liar belaka /ahetuka ?/ sehingga sama sekali tidak ada dampak karmik secara metafisik atas effek kosmik yang berlangsung /tiada pelayakan tihetuka bagi pemurnian untuk penembusan/ pencapaian / pencerahan, minimal perolehan deposito 'liburan' surgawi (?) ... itupun tetap berdampak positif dalam kebersamaan sosiologis di sekitarnya (kenyamanan kepercayaan, kebahagiaan, dsb) minimal secara psikologis (tiada penyesalan karena tidak bertindak buruk, tanpa kekecewaan karena mampu berprilaku baik sehingga tanpa perlu kerisauan/kecemasan lagi ketika masih hidup bahkan jikapun harus melepaskannya kala meninggal dunia .... walau belum ideal berlevel ariya,,mampu tihetuka bhavana, mulia layak surga, mantap secara duniawi, dsb ; Jika memang tiada dusta buat apa berduka ... walau memang tentu saja harus tetap perwira bersedia bertanggung-jawab untuk menerima apapun juga konsekuensi kemungkinan kompleksitas dampak karmik dari effek kosmik yang dilakukan tindakan / ucapan, fikiran/perasaan dsb ? Fair perwira diterima ... bukan hanya atas kebenaran, kebajikan dan kebijakan namun juga kebodohan, kesalahan dan keburukan bahkan juga kepalsuan, kebejatan dan kekejaman yang telah kita lakukan selama samsara ini. ). Segala hibrah kenyataan memang perlu terjadi sebagaimana hikmah kebenaran yang seharusnya terjadi ... walau tidak selalu identik apalagi instan (dikarenakan 'kebetulan / digariskan' ? memang ada kompleksitas banyak faktor yang bermain di sana) . Tidak ada yang salah dengan fenomena eksternal bagi diri dengan realitas internal yang memang sudah senantiasa berusaha, terbiasa apalagi memang sudah terniscaya untuk selalu swadika terjaga tanpa perlu noda asava (miccha ditthi, mana, tanha & avijja vipalasa lainnya) untuk senantiasa jernih mengamati (yoniso manasikara?), dengan tegar menjalani (sati sampajjana?) dan bijaksana untuk mengatasinya (appamadena sampadetha?). Well, Realitas tilakhana Kebenaran yang nyata dalam setiap fenomena kenyataan yang tergelar memang seharusnya terjadi sebagaimana kelayakan keniscayaannya walau itu mungkin saja tidak sesuai dengan keinginan/ harapan / sangkaan kita semula.
Jadi turun level agak romantis lagi, nih .... ingat refleksi pribadi "Kun Saidan" (Berbahagialah - Anisah May dari Tasauf Modern Hamka ) ... Just loving the Love. Cintailah Cinta (Sumber Sejatinya bukan sekedar Media Obyeknya). Cintailah Tuhan (baca: Kebenaran) sebagaimana kehendakNya bukan hanya sekedar untuk mengumbar kepentingan ego yang selfish. Karena apapun yang diberikanNya (sekalipun seburuk atau seberat apapun itu tampaknya di permukaan) adalah tetap yang terbaik bagi kita ... karena itu demi kebaikan pemberdayaan kita bukan untuk memperdayakan kita. Atau dalam Mistik Theosofi dikatakan Tuhan menjadikan ini semua dengan cinta oleh karenanya dengan cintalah hendaknya kita menempuhnya untuk memahami dan mencintai kebenaran itu sebagaimana adanya..
3 dantien = akal - hati - pusat (tidak ada yang salah dari semuanya jika selaras terpadu ?)
Wah, agak melantur tampaknya bahasan kearifan samsarik & curhat pribadi ini. Semoga para Neyya (terutama para pabajita) tetap mampu waspada terjaga dan tidak hanyut terbawa arus idea ini. Para Mistisi (Tantrik Osho, Taoism ?) kadang terjebak dan tersekap dalam labirin sex - cinta - kasih ini. Sex atau birahi (kama) bersifat nafsu sensual, cinta (sneha) bersifat personal , sedangkan kasih (metta) bersifat kosmik impersonal. Ini kami ungkapkan bukan hanya karena kami memandang tetap perlunya pembabaran Saddhamma yang walau memang ditempuh secara eksistensial hendaknya juga melampaui universal untuk menjangkau transendental demi transformasi pencerahan spiritual yang dijalani. Alasan lain adalah dikarenakan kami memandang living kosmik ini utuh dalam keseluruhan (katakanlah semacam organisma besar) maka perlu perimbangan kemurnian nirvanik yang arif/kuat mengatasi kecenderungan alami samsarik yang 'naif/liar' untuk membuatnya cukup 'sehat/ tepat' agar tetap mantap bertahan dan lancar berjalan. Jikapun tidak memungkinkannya dalam keterjagaan pencerahan total keseluruhannya minimal tidak membuatnya jatuh terpuruk dalam kehancuran. Meminjam istilah Sadhguru Yasudev (?), Karma samsarik sesungguhnya tidak hanya berdampak sebatas pada pribadi eksistensial pemerannya saja namun juga bereffek pada wadah arena semesta universal yang menampungnya. Atau menganalogikan dalam Mistik Hinduism (day & night of Brahman ) seandainya samsara ini hanya Ke-Esa-an yang terlelap bermimpi, maka jika beliau terjaga semoga senantiasa lebih segar karena kecerahan tidur tanpa "mimpi buruk"nya ....mungkin perumpamaan itu bisa menjadi pemicu baru mengapa transendensi eksistensial evolusi pribadi perlu dijalankan dan transendensi universal harmoni dimensi perlu diusahakan ...
(sekedar tambahan terma filsafat theosofist ini : eros - filia - agape ? cinta sensual - altruisme kemanusiaan - kasih keIlahian )
So, Be Selfless (not selfish ? )
I say that madness is the first step towards unselfishness.Be mad, Meesha. Be mad and tell us what is behind the veil of ”sanity,”The purpose of life is to bring us closer to those secrets, and madness is the only means.Be mad, and remain a mad brother to your mad brother."Aku berkata bahwa kegilaan adalah langkah pertama menuju sikap tidak mementingkan diri sendiri.Jadilah gila, Misha. Jadi gilalah kau dan katakan padaku apa yang ada di balik selubung "kesehatan jiwa".Tujuan hidup ini ialah membawa kita lebih dekat kepada segala rahasia itu,dan kegilaan itu adalah satu-satunya jalan.Jadilah gila, dan tetaplah menjadi seorang saudara yang gila bagi saudaramu yang gila
penggalan sepucuk surat dari Pujangga Libanon Khalil Gibran kepada sahabatnya, Mikhail Naimy.
Ulasan :sadar terjaga namun wajar bersama ... ini adalah sadarnya "kegilaan" esoteris untuk mengatasi "wajarnya" kegilaan eksoteris kita selama ini.
kutipan lain : Kewajaran Membumi dalam kesadaran Saddhamma :
Link video ?
Kewajaran Pembumian (deduktif pengetahuan) dengan kecakapan spiritual ? SHIVA Vitalitas interaktif menari dengan kehidupan nyata